Kamis, 09 Januari 2014

Arti Sebuah Nama


APALAH ARTI SEBUAH NAMA…?

Inilah pernyataan singkat William Shakespeare, ““What’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet.”
(Apalah arti sebuah nama? Andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi)

Benarkah nama tidak penting?

Allah berfirman dalah al-qur’an: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama semua benda, kemudian mengemukakannya kepada mereka yang diberikan kendali, lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" (al-Baqarah [2]: 31)

Andaikata nama tak berarti apa-apa, seperti anggapan Shakespeare, mungkin Allah tidak akan mengajarkan nama-nama kepada Adam. Bahkan, mungkin akan ada banyak nama yang tak peduli pada esensi. Shakespeare memang tidak keliru. Ia membuat perumpamaan sangat cerdas dengan menyatakan sekuntum mawar akan tetap berbau harum meskipun memakai nama lain. Shakespeare memang tidak sedang mempersoalkan arti sebuah nama. Ia sedang mengajak pembacanya merenungkan esensi, keaslian, atau hakikat sebuah materi, apapun namanya.

Shakespeare mungkin akan terkejut bila hidup di masa sekarang. Dia akan geleng-geleng menyaksikan banyaknya nama yang diplesetkan, nama yang dipersonifikasikan dengan sesuatu atau dipoles habis-habisan untuk bercitra sesuai dengan kemauan pemilik nama.

Coba bayangkan, seandainya sebuah kaleng biskuit coklat diberi tempelan nama “kotoran ayam” sebagai mereknya, Tentu biskuit coklat itu akan ditolak ramai-ramai oleh calon pembeli. Akan banyak protes kepada pabrik pembuatnya.

Soal nama yang membawa masalah juga pernah dialami oleh orang-orang China di Indonesia pada masa Orde Baru. Mereka diwajibkan mengganti nama Thionghoa dengan nama Indonesia. Maka jadilah orang dengan nama Liem menjadi Salim, Yun menjadi Yunus, dan lain-lain. Beruntung bagi atlet bulutangkis Liem Swie King yang tetap tenar dengan nama Tionghoa-nya, meski secara politik dan budaya tetap saja mengalami diskriminasi.

Tampaknya, nama juga bisa mendatangkan masalah bagi umat manusia. Contohnya adalah dalam Surah 53:

Maka apakah patut kamu menganggap Al Lata dan Al Uzza? (53:19)
Dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian? (53:20)

Itu tidak lain hanyalah nama-nama (asma’a) yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun mengenainya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka. (53:23)

"Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (12:40)

Coba bayangkan, apa yang akan terjadi jika tidak ada nama. Mungkin manusia akan bisu. Kita tidak bisa menunjuk ke suatu benda tertentu dengan identitas yang jelas. Mungkin kita tidak akan bias membedakan mana nasi, mana kursi, mana dinding, mana tebing, mana rumah, mana tanah, mana kusing mana kancing, mana racun, mana timun, dst. Bisa dipastikan, dunia akan kacau. Bisa jadi, tidak akan ada kehidupan di dunia ini.

Ar-Rahman (Maha Pengasih) adalah nama-Nya.
Ar-Rahim (Maha Penyayang) adalah nama-Nya.
Al-Khaliq (Maha Pencipta) adalah nama-Nya.
Al-Wasi’ (Maha Luas dan Meluaskan) adalah nama-Nya.
Al-Hakim (Maha Adil dan Bijaksana) adalah nama-Nya.
Al-Alim (Maha Mengetahui) adalah nama-Nya.
Ar-Razzaq (Maha Pemberi rizki) adalah nama-Nya.
Dan nama-nama-Nya yang lain yang berjumlah 99.
Bukankah sebutan-sebutan tersebut adalah nama-nama Allah yang indah? Dialah yang memiliki nama-nama yang indah (asmaul husna). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar